Makna Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan adalah Hari Raya Umat Hindu
yang dirayakan setiap 6 bulan sekali, sesuai dengan kalender
penanggalan Bali yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan. Kata Galungan
dalam bahasa jawa Kuno berarti menang, dan makna dari perayaan Hari Raya
Galungan ini adalah untuk merayakan kemenangan dharma/ kebajikan
melawan adharma / kebhatilan dan menghaturkan rasa terima kasih dan angayubagia
ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan yang maha Esa atas terciptanya
dunia serta segala isinya dan atas karunia yang telah dilimpahkan-Nya.
Jika anda kebetulan liburan di Bali dan melakukan perjalanan wisata anda akan melihat penjor berjejer dipinggir jalan, kelihatan asri dan indah.
Mengenai
makna Galungan dalam lontar Sunarigama dijelaskan; Rabu Kliwon Dungulan
namanya Galungan, dan arahkan ber-satunya rohani supaya mendapatkan
pandangan yang terang untuk melenyapkan dan melawan segala kekacauan
pikiran. Jadi, Galungan adalah untuk menyatukan kekuatan rohani diri
kita agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang. Untuk memenangkan
Dharma atau kebajikan ini ada beberapa rangkaian upacara yang perlu
dilaksanakan, sebelumnya merayakan hari sugihan Jawa, kemudian sugihan
Bali, penyekeban, penyajaan, penampahan kemudian puncaknya di Hari Raya
Galungan. Dan rangkaian upacara setelah Galungan adalah manis dan pahing
Galungan
Hari Raya galungan merupakan perayaan besar bagi umat Hindu, pasar-pasar tradisional
juga penuh sesak oleh warga yang akan membeli persiapan untuk Hari Raya
Galungan, mulai dari beli buah-buahan, bunga, kue, janur dan salah satu
yang terpenting adalah bambu utuh yang diperlukan untuk pembuatan
penjor di hias dengan kreasi seni kemudian dipasang dipintu masuk
samping kanan rumah, kelihatan berjejer rapi disepanjang jalan,
kelihatan begitu indah dan meriah.
Semua
Upacara Hindu di Bali bisa dirayakan dengan tingkatan-tingkatan
berdasarkan kemampuan seseorang, bisa dirayakan ditingkat paling rendah
atau Nistaning utama sampai ketingkatan utama atau utamaning utama, jadi
bagaimanapun bentuknya yang terpenting adalah kemampuan dan keiklasan
sehingga tetap utama, tidak mengharuskan umatnya untuk mengeluarkan
biaya yang tinggi. Ada yang juga yang sampai mengeluarkan biaya yang
cukup besar untuk upara agama tentulah itu kembali pada kemampuan,
keiklasan dan rasa untuk sebuah keyakinan, tidak dihitung secara
matematis. Alangkah baiknya seandainya kita mampu dan iklas, secara
tidak langsung membantu sesama memutar roda perekonomian. Bali sebagai
daerah tujuan wisata, sudah sangat penting kita untuk selalu tekun
dengan kegiatan upacara agama dan agar Bali tetap terjaga keamanan dan
taksunya.
Komentar
Posting Komentar